Hujan rintik-rintik membasuh Paris sore hari itu. Tampak beberapa perempuan bersanggul dan berkebaya memasuki Salle Jean Dame milik Mairie de Paris di Paris 1 arrondissement. Sore itu, 27 Januari 2022. Beberapa warga Indonesia yang tergabung dalam Diaspora Indonesia mengambil  inisiatif mengadakan pertunjukan seni bertajuk « Ensemble pour Semeru » demi menggalang dana bagi para korban letusan gunung Semeru. Madame Carla Arigoni, penanggung jawab bidang Kebudayaan pemerintah daerah Paris 1 bersama dengan Nina Hanafi, ketua IDNF memberikan sambutan dilanjutkan dengan Bapak Mohammad Oemar, Duta Besar Indonesia untuk Prancis.

Dalam sambutannya, Madame Arigoni dan Nina Hanafi menjelaskan maksud acara ini yaitu sebagai bentuk solidaritas kepada korban letusan gunung semeru. Nina menambahkan bahwa acara ini terselenggara atas kerjasama dari Mairie 1e beserta semua asosiasi Indonesia di Paris yang dikoordinasi oleh IDNF dengan dukungan dari KBRI.

Bapak Oemar menyampaikan apresiasi atas inisiatif tersebut dan menekankan ciri yang menjadi kebanggaan Indonesia: keragaman dan solidaritas.  Dua hal yang menjadi warna penting di acara ini. Terkait dengan korban letusan gunung Semeru, Bapak Oemar juga menjelaskan upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia: tindakan tanggap darurat, penampungan sementara, perbaikan infrastruktur umum, dan pemulihan trauma. Hingga saat ini, Pemerintah masih mengupayakan perencanaan pembangunan dua ribu rumah untuk warga yang harus segera direlokasi.  Di akhir sambutannya, Bapak duta besar menyampaikan harapannya agar pandemi segera berlalu, sehingga Indonesia dapat membuka pintunya kembali bagi semua orang. Sementara menunggu keadaan membaik, Bapak Oemar menambahkan bahwa komunitas Diaspora Indonesialah yang akan membawa Indonesia bagi warga asing yang rindu berkunjung.

Kata sambutan dilanjutkan dengan pemutaran dokumenter singkat tentang kerusakan paska ledakan di wilayah terdekat pusat ledakan. Penayangan video disambung dengan lantunan kidung Rumekso ing Wengi oleh Christophe Moure, guru gamelan (orketra musik tradisional Jawa-Bali) di Universitas Nantes yang bermuatan doa penolak bala.  

Tidak berhenti di situ. Acara semakin meriah dengan pentas pelbagai tarian bercorak tradisional, semi modern dan bahkan modern.  Tarian tradisional yang ditampilkan pun beragam, baik dari adat Bali, Minang, dan Jawa – Jawa Barat, Tengah maupun Timur.  Seperti pada umumnya tarian tradisional Asia, tarian tradisional Jawa dan Bali memiliki akarnya dalam tradisi istana yang berciri gerakan yang gemulai.  Hal ini jelas terlihat dari gemulainya para penari dari kelompok Sekar Jagad ketika membawakan tarian Saji dan Rejang. Tarian Minang, selain dibawakan oleh Wulan Chaniago, ketua organisasi Keluarga Minang di Prancis, juga tampil Herman Sitepu dari Joget Nusantara dengan tari piringnya.

Mereka yang hadir juga dimanjakan dengan tarian kreasi baru atau semi modern yang ditampilkan oleh dua penari dari kelompok Joget Nusantara, Ari dan Devi. Mereka berdua menampilkan dua tarian  yang terinspirasi dari berbagai tarian rakyat, ditandai oleh gerakan penari perempuan yang energik dan sensuel, namun saat yang bersamaan juga perkasa. Musik pengiringnya masih menggunakan murni unsur musik tradisional Indonesia.

Tarian Modern sebaliknya menggunakan banyak unsur musik dari luar Indonesia, namun tetap menampilkan gerakan yang mengambil dari inspirasi berbagai gerakan tari tradisional. Dengan melepaskan batas antara gerakan tari yang dalam konteks tradisional biasanya tersekat antara gerakan tari yang dibawakan perempuan dan yang dibawakan oleh penari pria.  Tak luput di dalamnya bermuatan simbol-simbol kultur indonesia. Dua tarian modern ini ditampilkan oleh Joko dan Kadek Puspasari yang merupakan penari profesional lulusan Akademi Senitari Indonesia.

Di ujung acara, duo musisi Rizal dan Emin membungkus pentas dengan membawakan lagu Berita kepada kawan karya Ebiet G Ade. Untuk mendekatkan hadirin dengan Indonesia, alunan lagu ditayangkan dengan video keadaan aktual desa-desa di sekitar Gunung Semeru sebagai latar. Terjemahan lirik lagu dalam bahasa Prancis juga ditampilkan. 

Anggun C. Sasmi, penyanyi kondang berdarah Indonesia yang juga anggota Diaspora Indonesia, melalui video mengundang publik untuk turut menyumbang. 

Di penghujung acara, Benoît Répése sebagai wakil ketua IDNF dan pembawa acara menyampaikan terima kasih atas kehadiran hadirin sambil menjelaskan bahwa semua artis profesional dan amatir yang terlibat dalam acara sore hari itu sudah bersedia tampil tanpa dibayar. Benoit juga menjelaskan  bahwa Indonesia memiliki lebih dari 130 gunung berapi aktif, dan letusan yang terjadi dapat mengubah sebuah nirwana menjadi neraka. Letusan dari Gunung Semeru saja telah membuat 4000 penduduk mengungsi.

Hasil yang terkumpul dari acara ini akan disumbangkan melalui Yayasan Tangan Pengharapan, Prioritas. Dengan begitu, Yayasan ini akan dapat membantu memperbaiki rumah dan obat-obatan bagi warga yang terluka dalam rangka menyelamatkan diri dan membutuhkan perawatan lama.  Di depan pintu, kotak solidaritas telah tersedia bagi mereka yang ingin menyumbang. Sementara itu, pengumpulan dana melalui website gofundme akan terus dibuka.

Di akhir acara semua asosiasi pendukung diminta perwakilannya naik ke Panggung, berikut semua artis yang tampil.  Asosiasi pendukung acara ini adalah Pancha Indra, Ikatan Keluarga Franco-Indonesia, Sekarjagat, Joget Nusantara, Keluarga Minang Perancis, Pasar Malam, Perkumpulan Pelajar Indonesia di Prancis, dan Sasando Journal en ligne.

Meskipun tidak ikut hadir dan mendukung langsung pada saat kegiatan ini, Bianglala Indonesia, organisasi LGBT Indonesia di Paris memutuskan untuk menyumbangkan kas yang dimilikinya sebesr 100€ kepada korban semeru melalui gofundme.

Vidéo karya Emin SOETIJONO sebagai dokumentasi